Impian
Kala senja itu, cucuran keringat
mengalir deras pada diri seorang remaja. Yang selalu mengayuh sepeda demi
mencapai tujuannya. Seorang remaja dengan semangat juang tinggi. Yang selalu bermimpi
menggapai cita yang murni. Ya, ialah Hanur namanya. Ia terlahir dari keluarga
yang miskin. Ia bukan seorang remaja yang memiliki otak cemerlang, ia selalu
menjauh dari pandangan guru. Dan ia sering sekali mendapatkan nilai jelek. Ya,
memang seseorang di dunia ini tidak ada yang sempurna, pada setiap insan pasti
mempunyai bakat masing-masing yang sudah di anugerahkan Tuhan kepadanya.
*
Terlihat dari sudut desa Gede itu,
sebuah gubuk kecil rumah tempat tinggal Hanur bersama keluarganya. Rumah yang jauh
dari kata kemewahan, namun sederhana sekali. Kecintaannya pada mesin tak pernah
padam, mungkin itu warisan dari ayahnya yang kini sudah tiada. Pada usianya 8
tahun, ia sudah mengayuh sepeda sepanjang 10 mil hanya untuk melihat pesawat
terbang. Ketika umurnya 12 tahun ia mampu menciptakan sebuah sepeda pancal
dengan model rem kaki. Namun dalam benaknya, ia tak pernah ingin menjadi
usahawan otomotif. Disaat umurnya mencapai 15 tahun, ia memutuskan untuk
berhenti sekolah. Dan selanjutnya ia merantau ke kota Jakarta untuk mencari
pekerjaan sebagaimana bakat yang ia milikinya.
Tak
lama kemudian, ia mendapati pekerjaan itu. Ia bekerja sebagai karyawan di
bengkel yang bernama Repair Company milik bos nya Tauka Ucha. Karena kegigihan
dan keterampilan yang dimiliki Hanur, bosnya sangat senang dengan cara
kerjanya. Ia teliti dan cekatan, setiap suara yang mencurigakan, setiap oli
yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah
wawasannya tentang permesinan.
**
Di usia Hanur yang menginjak 21
tahun, Tauka Ucha membuka cabang bengkelnya yang didirikan di pusat kota
Bandung. Bengkel tersebut dipercayakan kepada Hanur. Prestasi pekerjaan Hanur
tetap membaik walaupun jauh dari pandangan bosnya.
Ia
selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat
memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya
larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada
zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam
goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam.
Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh
dunia. Di usia 30 tahun, Hanur menandatangani patennya yang pertama.
Bisa
dibilang bahwa pada usia 30 tahun ia sudah mencapai kesuksesan yang diingininya
sejak kecil itu. Ia merasa pada saat itu ia sudah mampu untuk membuka bengkel
sendiri, akhirnya ia melepaskan diri dari bosnya. Ia mulai berfikir, kira-kira
produk apa yang kiranya akan laris di pasaran? Inovasinya tertuju pada Ring
Pinston. Ia dan para karyawannya pun memulai hal itu, setelah beberapa hari ia
mengajukannya kepada perusahaan otomotif ternama yang membuka cabangnya di
Indonesia yaitu Honda. Sayangnya, karyanya itu ditolak oleh Honda, karena
dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku
dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka
menyesalkan dirinya keluar dari bengkel Tauka Ucha.
***
Karena
kegagalan itu, Hanur jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya
pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu,
belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah
pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah - pagi hari, ia
langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua
tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti
kuliah. "Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan,
melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan
pengaruhnya.” Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari
ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.
****
Berkat kerja kerasnya, desain Ring
Pinston-nya diterima. Pihak Honda memberikan kontrak, sehingga Hanur berniat
mendirikan pabrik. Sayangnya, pabriknya terbakar dua kali. Namun, Hanur tidak
patah semangat. Ia bergegas kembali untuk mendirikan pabriknya. Tanpa diduga,
gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik
Ring Pinstonnya ke Honda. Setelah itu, Hanur mencoba beberapa usaha lain. Namun
semuanya gagal. Untuk membeli makanan bagi keluarganya saja ia sangat
kesulitan. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa
sangka, sepeda motor – cikal bakal lahirnya mobil Hanur - itu diminati oleh
para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Hanur kehabisan
stok. Disinilah, Hanur kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan
tak pernah lepas dari tangannya.
*****
Kala senja itu, cucuran keringat
mengalir deras pada diri seorang remaja. Yang selalu mengayuh sepeda demi
mencapai tujuannya. Seorang remaja dengan semangat juang tinggi. Yang selalu
bermimpi menggapai cita yang murni. Ya, ialah Hanur namanya. Ia terlahir dari
keluarga yang miskin. Ia bukan seorang remaja yang memiliki otak cemerlang, ia
selalu menjauh dari pandangan guru. Dan ia sering sekali mendapatkan nilai
jelek. Ya, memang seseorang di dunia ini tidak ada yang sempurna, pada setiap
insan pasti mempunyai bakat masing-masing yang sudah di anugerahkan Tuhan
kepadanya.
******
Struktur:
Bintang 1 (*) = Abstraksi => Kala senja itu, cucuran keringat mengalir deras pada diri seorang
remaja. Yang selalu mengayuh sepeda demi mencapai tujuannya. Seorang remaja
dengan semangat juang tinggi. Yang selalu bermimpi menggapai cita yang murni.
Ya, ialah Hanur namanya. Ia terlahir dari keluarga yang miskin. Ia bukan
seorang remaja yang memiliki otak cemerlang, ia selalu menjauh dari pandangan
guru. Dan ia sering sekali mendapatkan nilai jelek. Ya, memang seseorang di
dunia ini tidak ada yang sempurna, pada setiap insan pasti mempunyai bakat
masing-masing yang sudah di anugerahkan Tuhan kepadanya.
Bintang 2 (**) = Orientasi => Terlihat dari sudut desa Gede itu, sebuah gubuk kecil rumah tempat tinggal Hanur bersama keluarganya. Rumah yang jauh dari kata kemewahan, namun sederhana sekali. Kecintaannya pada mesin tak pernah padam, mungkin itu warisan dari ayahnya yang kini sudah tiada. Pada usianya 8 tahun, ia sudah mengayuh sepeda sepanjang 10 mil hanya untuk melihat pesawat terbang. Ketika umurnya 12 tahun ia mampu menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Namun dalam benaknya, ia tak pernah ingin menjadi usahawan otomotif. Disaat umurnya mencapai 15 tahun, ia memutuskan untuk berhenti sekolah. Dan selanjutnya ia merantau ke kota Jakarta untuk mencari pekerjaan sebagaimana bakat yang ia milikinya.
Tak
lama kemudian, ia mendapati pekerjaan itu. Ia bekerja sebagai karyawan di
bengkel yang bernama Repair Company milik bos nya Tauka Ucha. Karena kegigihan
dan keterampilan yang dimiliki Hanur, bosnya sangat senang dengan cara
kerjanya. Ia teliti dan cekatan, setiap suara yang mencurigakan, setiap oli
yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah
wawasannya tentang permesinan.
Bintang 3 (***) = Komplikasi => Di usia Hanur yang menginjak 21 tahun, Tauka Ucha membuka cabang bengkelnya yang didirikan di pusat kota Bandung. Bengkel tersebut dipercayakan kepada Hanur. Prestasi pekerjaan Hanur tetap membaik walaupun jauh dari pandangan bosnya.
Ia
selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat
memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya
larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada
zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam
goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam.
Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh
dunia. Di usia 30 tahun, Hanur menandatangani patennya yang pertama.
Bisa
dibilang bahwa pada usia 30 tahun ia sudah mencapai kesuksesan yang diingininya
sejak kecil itu. Ia merasa pada saat itu ia sudah mampu untuk membuka bengkel
sendiri, akhirnya ia melepaskan diri dari bosnya. Ia mulai berfikir, kira-kira
produk apa yang kiranya akan laris di pasaran? Inovasinya tertuju pada Ring
Pinston. Ia dan para karyawannya pun memulai hal itu, setelah beberapa hari ia
mengajukannya kepada perusahaan otomotif ternama yang membuka cabangnya di
Indonesia yaitu Honda. Sayangnya, karyanya itu ditolak oleh Honda, karena
dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku
dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka
menyesalkan dirinya keluar dari bengkel Tauka Ucha.
Bintang 4 (****) = Resolusi => Karena kegagalan itu, Hanur jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. "Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya.” Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.
Bintang 5 (*****) = Evaluasi => Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Honda memberikan kontrak, sehingga Hanur berniat mendirikan pabrik. Sayangnya, pabriknya terbakar dua kali. Namun, Hanur tidak patah semangat. Ia bergegas kembali untuk mendirikan pabriknya. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Honda. Setelah itu, Hanur mencoba beberapa usaha lain. Namun semuanya gagal. Untuk membeli makanan bagi keluarganya saja ia sangat kesulitan. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, sepeda motor – cikal bakal lahirnya mobil Hanur - itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Hanur kehabisan stok. Disinilah, Hanur kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya.
Bintang 6 (******) = Koda => Kala senja itu, cucuran keringat mengalir deras pada diri seorang remaja. Yang selalu mengayuh sepeda demi mencapai tujuannya. Seorang remaja dengan semangat juang tinggi. Yang selalu bermimpi menggapai cita yang murni. Ya, ialah Hanur namanya. Ia terlahir dari keluarga yang miskin. Ia bukan seorang remaja yang memiliki otak cemerlang, ia selalu menjauh dari pandangan guru. Dan ia sering sekali mendapatkan nilai jelek. Ya, memang seseorang di dunia ini tidak ada yang sempurna, pada setiap insan pasti mempunyai bakat masing-masing yang sudah di anugerahkan Tuhan kepadanya.
0 komentar:
Posting Komentar